Selasa, 01 April 2014

Cintai Aku

Saya memiliki seorang suami seorang insinyur.Saya mencintai sifatnya yang alami dan menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.
Setelah tiga tahun masa perkenalan dan dua tahun dalam masa pernikahan,harus saya akui bahwa saya mulai merasa lelah.
Alasan-alasan saya mencintainya dahulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus.
Saya merindukan saat-saat romantis seperti semua seorang anak menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan pada dirinya.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitifnya kurang. Ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari saya memberanikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya bahwa saya menginginkan perceraian.
“Mengapa?” dia bertanya dengan terkejut.
“Saya lelah,kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan”, ujarku.
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya,tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu,padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah,seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya,apalagi yang bisa saya harapkan darinya?
Dan akhirnya dia bertanya,
“Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah pikiranmu?”
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,
Saya punya pertanyaan,jika kamu dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya,saya akan mengubah pikiran saya.”
“Sayangku,seandainya saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung,akan tetapi kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu kamu akan mati,apakah kamu akan melakukannya untuknya?” tanyaku.
Dia termenung dan akhirnya berkata,”Saya akan memberikan jawabannya besok.”
Hati saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya,dia tidak ada di rumah,dan saya menemukan selembar kertas dengan coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat.
Disitu tertulis,”Sayang,saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu,tetapi izinkan saya menjelaskan alasannya. “Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya,namun saya melanjutkan untuk membacanya.
“Kamu sering mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program-program di PC dan akhirnya menangis di depan monitor karena panik,namun saya selalu memberikan jari-jari saya supaya bisa membanatumu dan memperbaiki programnya.Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu dan membukakan pintu untukmu ketika pulang.Kamu suka jalan-jalan ke luar kota,tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi,saya harus menunggu dirumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu.Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ‘teman baikmu’ datang setiap bulannya,dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.Kamu senang diam dirumah dan saya selalu khawatir kamu akan menjadi ‘aneh’,dan saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami.
Kamu selalu menatap komputermu,membaca buku sambil tidur,dan itu semua tidak baik untuk kesehatan matamu,saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti,saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu.Tanganku akan memegang tanganmu,membimbingmu menelusuri pantai ,menikmati matahari pagi dan pasir yang indah seperti cantiknya wajahmu”.
“Tetapi sayangku,saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.Karena saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku.
Sayangku,saya tahu ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari apa yang dapat aku lakukan.Namun,jika semua yang telah diberikan tanganku,kakiku,mataku tidak juga cukup bagimu,maka aku tidak akan bisa menahan dirimu mencari tangan,kaki,dan mata lain yang dapat membahagiakanmu”.
Air mata saya jatuh keatas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur,tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.
“Sayang,kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini,dan tetap menginginkanku untuk tinggal dirumah ini,tolong bukakan pintu rumah kita,saya sekarang sedang berdiri didepan menunggu jawabanmu.Jika kamu tidak puas sayangku,biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku,dan aku tidak akan mempersulit hidupmu.Percayalah,bahagiaku bila kau bahagia”.
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri didepan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.Ohh.....kini saya tahu,tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.